kekerasan dalam rumah tangga

Belajar Dari Kasus Lesti-Billar. Pahami Siklus Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Penyebab Korban Susah Lepas Dari Pelaku KDRT

Beberapa waktu lalu, dunia hiburan tanah air ramai karena kasus KDRT yang pada rumah tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar.  Kasus ini semakin menjadi ramai karena Lesti mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga untuk Rizky Billar. Banyak masyarakat yang mengaku kecewa dengan langkah yang diambil oleh Lesti.  

Kasus kekerasan dalam rumah tangga dipercaya banyak dialami oleh masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat menilai tindakan Lesti mencabut laporan terhadap Billar akan membuat orang-orang memaklumi dan meremehkan tindak kekerasan dalam rumah tangga. 

Mengetahui Apa Itu Kekerasan Dalam Rumah Tangga

 kekerasan dalam rumah tangga

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pola perilaku dalam hubungan apa pun yang digunakan untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan. KDRT dapat bersifat fisik atau psikologis, dan dapat mempengaruhi siapa saja dari segala usia, jenis kelamin, ras, atau orientasi seksual. Perilaku ini termasuk menakut-nakuti, menyakiti secara fisik, atau mengendalikan pasangan.  

Pelaku kekerasan tidak mudah dikenali. Mereka biasanya tampak cerdas, dapat dipercaya, dan menawan dengan kepribadian yang menarik orang, tetapi secara pribadi, mereka adalah mimpi buruk. Korban KDRT mengalami penurunan harga diri, kecemasan, depresi, dan rasa tidak berdaya secara umum yang membutuhkan waktu dan seringkali bantuan profesional untuk mengatasinya. Keluar dari hubungan yang toxic seperti ini memang tidak mudah, baik secara emosional maupun praktik. Korban terkadang juga merasa bahwa perilaku tempramental dari pelaku bisa berubah seiring berjalannya waktu.  

Siklus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

kekerasan dalam rumah tangga

Siklus kekerasan, juga kadang-kadang disebut siklus pelecehan, membantu menggambarkan pola umum perilaku kasar dalam hubungan. Ini juga memberikan petunjuk tentang mengapa orang yang mengalami kekerasan sering merasa sulit untuk membebaskan diri. 

Siklus Pertama Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Tensions Build)

Pada tahap ini, pelaku mungkin mulai menumpuk banyak hal yang menimbulkan stress pada dirinya. Hal-hal itu dapat mencakup masalah keuangan, hari yang buruk di tempat kerja, atau sekadar kelelahan. Ketika pelaku merasa tegang karena faktor luar, rasa frustrasi mereka meningkat seiring waktu. Mereka terus bertambah marah karena mereka merasa kehilangan kendali. 

Korban cenderung mencoba menemukan cara untuk meredakan ketegangan untuk mencegah tahap ini terjadi. Selama waktu ini, biasanya korban merasa cemas. Mereka juga mungkin mencoba untuk tidak melakukan apa pun yang bisa “membuat pasangannya marah”. 

Siklus Kedua Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Incident)

Ketegangan yang menumpuk mulai dilepaskan oleh pelaku pada tahap ini. Pelaku juga akan mulai berbuat kasar seperti: 

  • Melempar hinaan atau memanggil nama pasangannya 
  • Mengancam akan menyakiti pasangannya 
  • Mencoba mengontrol bagaimana pasangannya bertindak, berpakaian, memasak, dll. 
  • Melakukan tindakan kekerasan fisik atau seksual terhadap pasangannya 
  • Memanipulasi pasangannya secara emosional, yang dapat berupa menargetkan rasa tidak aman mereka atau berbohong dan menyangkal melakukan kesalahan 

Terkadang pelaku juga mengalihkan kesalahan atas perilaku mereka kepada pasangannya. Misalnya, jika pelaku menjadi kasar secara fisik, mereka mungkin mengatakan bahwa itu adalah kesalahan korban karena membuatnya marah.  

Siklus Ketiga Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Reconciliation)

Tahap rekonsiliasi terjadi beberapa waktu setelah kejadian dan ketegangan mulai berkurang. Dalam banyak kasus, orang yang melakukan kekerasan akan mencoba memperbaiki keadaan dengan menawarkan hadiah dan bersikap terlalu baik dan penuh kasih. Periode rekonsiliasi atau “tahap bulan madu” karena meniru awal suatu hubungan ketika orang-orang berada pada perilaku terbaik mereka. 

Ketika korban berada dalam fase ini, cinta dan kebaikan ekstra dari pasangannya memicu reaksi di otak mereka yang melepaskan hormon perasaan senang dan cinta yang dikenal sebagai dopamin dan oksitosin. Pelepasan hormon ini membuat mereka merasa lebih dekat dengan pasangannya dan seolah-olah semuanya kembali normal. 

Siklus Keempat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Calm)

Selama tahap ini, pembenaran atau penjelasan dibuat untuk membantu kedua pasangan saling memaafkan. Misalnya, pelaku mungkin mengatakan bahwa mereka menyesal tetapi menyalahkan kejadian tersebut pada faktor luar seperti atasan atau kehidupan kerja mereka untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. 

Dalam beberapa kasus, pelaku dapat melemparkan beberapa tuduhan terhadap orang yang disalahgunakan untuk mencoba meyakinkan mereka bahwa itu adalah kesalahan mereka. Namun, dalam banyak kasus, pelaku akan menunjukkan penyesalan dan berjanji bahwa kekerasan tidak akan terjadi lagi dengan menjadi lebih mencintai dan memahami kebutuhan korban. 

Siklus ini kemudian berulang dari waktu ke waktu. Lamanya waktu antara setiap pengulangan dapat bervariasi. Seiring berjalannya waktu, periode tenang bisa menjadi sangat singkat atau bahkan hilang sama sekali dari siklus. 

Pengalaman dengan kekerasan dalam rumah tangga dapat bervariasi pada setiap hubungan. Siklus ini dibentuk untuk membantu menjelaskan Battered Woman Syndrome, yang merupakan istilah untuk menggambarkan wanita yang telah berulang kali mengalami kekerasan oleh pasangannya.  

Mengapa Korban KDRT Susah Lepas Dari Pelakunya?

kekerasan dalam rumah tangga

Korban yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam jangka waktu yang lama akan semakin sulit untuk lepas dari pelakunya. Hal ini karena mereka biasanya terlalu lama berada dalam siklus kdrt kemudian mengalami Battered Woman Syndrome yang merupakan subkategori gangguan stres pascatrauma (PTSD). Selain permasalahan mental, beberapa hal ini juga bisa menjadi hambatan untuk korban terlepas dari pelaku kekerasan bisa jadi karena tekanan keuangan, tidak punya tempat lain untuk pergi, ancaman kekerasan, dan kurangnya dukungan dari penegak hukum. Harapan keluarga dan sosial juga dapat menciptakan tekanan untuk tetap tinggal, terutama ketika anak-anak terlibat. 

Cara terbaik untuk pulih dari siklus kekerasan dalam rumah tangga adalah dengan mengetahui tanda-tanda peringatan kdrt. Terkadang sulit untuk melihat bahwa kamu mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, mencari teman berbicara dapat membantu mengidentifikasi siklus dan membuat langkah-langkah untuk memutusnya. Korban juga bisa membangun kembali harga diri yang rusak dalam hubungan. Mendiskusikan pengalaman dengan profesional kesehatan mental kemudian mencari lingkungan yang baik untuk kesehatan mental korban.  

Kesimpulan

Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi tanpa peringatan. Kejadiannya secara perlahan dan halus, tanpa kekerasan fisik. Banyak orang tidak menyadari apa yang terjadi. Ingat bahwa tidak ada seorang pun yang pantas mendapat kekerasan oleh pasangan mereka. Jika kamu atau orang yang kamu kenal terjebak dalam siklus KDRT, hal terbaik yang dapat kamu lakukan adalah mencari bantuan dari ahli kemudian melakukan recovery. Kamu bebas bersuara jangan sampai kamu telalu lama terperangkap dalam  siklus KDRT. 

Share your thoughts